RSS

sinopsis "Dian yang Tak Kunjung Padam"

Judul                  : Dian yang Tak Kunjung Padam
Pengarang          : Sutan Takdir Alisjahbana
Penerbit              : Dian Rakyat
Kota Terbit         : Jakarta
Tahun Terbit       : 1993 (cetakan ke-13)
                           Cetakan pertama 1928
Halaman             : 155

            Yassin dilahirkan dari keluarga yang biasa saja, hidup berdua dengan ibunya. Sehari-hari mereka mengurus kebun dan menjual hasilnya dengan perahu kepunyaan mereka. Saat Yasin hendak menjual hasil kebunnya, matanya terpana oleh perawan anak dari Raden Mahmud. Perawan itu bernama Molek, anak bungsu Raden Mahmud, bangsawan kota Palembang.  Molek pun merasakan jatuh hati pada pandangan Yassin.
            Diam-diam Yassin menuliskan surat kepada Molek. Surat itu diletakkannya di celah dinding tampat mandi. Was-was pula hatinya bila bukan Molek yang menemukan surat itu. Esok pagi bangun tidur Molek bergegas untuk mandi.  Tiba-tiba dilihatnya secarik kertas di celah dinding kamar mandi. Diraihnya surat itu, ternyata dari Yassin, pemuda yang membuatnya jatuh hati. Berawal dari surat itu mereka dapat mengetahui perasaan masing-masing. Bukan main girangnya hati Yassin, cintanya dapat dibalas oleh perawan anak bangsawan itu.
            Molek meminta Yassin untuk segera meminangnya mengingat umur mereka sudah tak lagi muda. Sudah cukup umur untuk menikah. Yassin menyampaikan niat itu kepada ibu dan sanak keluarganya. Hal itu membuat keluarga Yassin terkejut dan merasa ragu. Dari sekian banyak perawan di negeri ini kenapa anak bangsawan yang congak itu yang dipilih Yassin. Akhirnya melalui perundingan, datanglah keluarga Yassin ke rumah Raden Mahmud untuk meminang Molek. Raden Mahmud dan istri secara mentah-mentah menolak pinangan itu. Mereka tidak sudi mempunyai menantu orang uluan.
            Molek sangat sedih mendengar penolakan dari ayah dan ibunya. Mengetahui bahwa putrinya menyukai orang uluan itu membuat Raden Mahmud dan istri marah. Hal itu sangat menyayat hati Molek. Ia tak terima pemuda yang sangat dicintainya disebut orang uluan. Raden Mahmud memutuskan untuk menikahkan Molek dengan bangsawan keturunan Arab. Molek bersikeras menolak pernikahan itu, tapi apa daya ia tak dapat berbuat apapun. Ia menuliskan surat untuk Yassin agar dapat membawanya pergi. Ia tak mau menikah dengan orang yang tak dicintainya.
            Malam hari pukul sepuluh malam sesuai rencana, Yassin menunggu Molek di atas perahu di dekat rumah Molek. Molek akan lari dengan Yassin agar tidak jadi menikah pada esok hari. Dengan keadaan yang gelap gulita, Molek muncul dari belakang rumahnya. Ia segera menuju bayangan hitam di atas perahu yang tiada bukan adalah Yassin. Saat mereka semakin dekat, rasa canggung dan gugup menjalari hati. Maklum karena mereka jarang bertemu dan berkomunikasi lewat sepucuk surat yang mereka tulis diam-diam. Rasa gugup itu semakin membuncah saat orang-orang rumah menyadari kepergian Molek. Molek sangat gugup dan ketakutan, maka disuruhnya Yassin lekas menjauh. Orang-orang rumah segera keluar menuju belakang rumah dan menjumpai Molek yang jatuh pinsan di tepi sungai.
            Esok harinya menikahlah Molek dengan bangsawan Arab itu. Setelah menikah keadaan Molek semakin buruk. Badannya kurus, pipinya tirus dan matanya tak lagi bercahaya. Yassin hampir tak mengenalnya saat ia berkesempatan menginjakkan kaki di rumah Molek. Molek merasa berdosa kepada Yassin karena ia telah melanggar janjinya dengan menikahi bangsawan Arab yang ternyata hanya mengincar harta keluarganya itu. Di pangkuan Yassin ia menangis tersedu. Dengan penuh kasih sayang, Yassin meredakan tangis Molek. Tapi Molek tetap beranggapan bahwa dirinya tak lagi suci, tak pantas berada di dekat Yassin.
            Melalui surat terakhirnya, ia mengatakan akan pergi jauh. Yassin takut Molek melakukan hal yang bukan-bukan, maka ia segera menuju rumah Molek. Sesampainya di rumah Molek, telah banyak orang berkumpul dengan tersirat kesedihan di wajah mereka. Molek telah pergi. Pergi menantikannya di dunia yang berbeda. Yassin sangat menyesali perbuatannya ta dapt mencegah tindakan Molek.

            Beberapa tahun lamanya Yassin tingga dengan ibunya di kebun tepi sungai Lematang. Tiba-tiba ibunya sakit keras dan menghembuskan nafas terakhir. Beberapa hari setelah itu, Yassin pergi tanpa jejak. Bertahun-tahun ia mencoba menghapus perih hatinya, namun tak bisa. Ia tetap teringat Molek, jantung hatinya.

@ovityas

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sinopsis Novel Belenggu

Judul                  : Belenggu
Pengarang          : Armijn Pane
Penerbit              : Dian Rakyat
Kota Terbit         : Jakarta
Tahun Terbit       : 2010 (cetakan ke-22)
                           Cetakan pertama 1938
Halaman             : 160

            Sukartono yang berprofesi sebagai dokter mempunyai seorang istri yang cantik jelita. Istrinya bernama Tini. Orang-orang memandang dan menafsirkan bahwa rumah tangga mereka berjalan bahagia dan rukun. Namun, itu hanya anggapan dari orang luar. Nyatanya rumah tangga yang mereka bina jauh dari harmonis. Tono sibuk dengan pasien-pasiennya sedangkan Tini sibuk menjalani aktivitas di luar rumah.
            Suatu hari Tono mendapat pasien yang tertulis di block note teleponnya. Ia dan Abdul, sopirnya, segera meluncur ke alamat tersebut. Mobil menuju ke Jalan Babakan nomer 45. Tono heran karna alamat yang ditujunya adalah sebuah hotel. Seorang petugas mempersilahkan Tono bahwa ia harus menuju kamar nomer 3 karena nyonya Eni telah menunggu. Setibanya ia segera memeriksa pasiennya seperti biasa. Ia sedikit terkejut bahwa nyonya Eni tidak sedang sakit. Ia pun membiarkan saja dan tetap memberinya obat.
            Semakin hari Tono dan nyonya Eni semakin dekat. Tono sering mampir ke rumah nyonya Eni. Di sana Tono merasa nyaman. Beda kalau ia sedang berada di rumah. Pikirannya suntuk, belum lagi tingkah ketidakpedulian dari istrinya. Nyonya Eni mengaku bahwa ia telah mengenal Tono sejak dulu. Ia adalah bagian dari masa lalu Tono. Nyonya Eni adalah Rohayah, cinta masa lalu Tono. Senang pula ia dapat bertemu kembali dengan Rohayah.
            Hubungan Rohayah dengan suaminya tercium oleh Tini. Maka Tini meminta berpisah dengan Tono. Sebenarnya Tono berat melepaskan istrinya itu. Tapi, Tini tak bisa lagi diubah niatnya. Saat rumah tangganya berada dalam kemelut, Tini bertemu dengan cinta masa lalunya. Tapi, ia tak memberi respon berlebih kepada masa lalunya itu.

            Saat Tono mengetahui bahwa Yah adalah Siti Hayati, seorang yang bekerja menjual suaranya, ia sangat kecewa. Ia tak mau lagi bertemu dengan Yah. Ia merasa dipermainkan dan dibodohi. Yah sungguh minta maaf, ia mengatakan bahwa cintanya pada Tono bukan bualan belaka. Namun, Tono tetap pergi meninggalkannya. Yah merasa belenggu yang dahulu, waktu ia belum bertemu dengan Tono, terkunci lagi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tak berarti

tak berarti
tak bermakna
tak berbekas sama sekali

hilang
punah
lenyap
tak berjejak

tak dianggap
tak dihiraukan
tak diharapkan

luka
perih
nyeri
terlanjur kecewa, sakit pun iya

tiba-tiba tak ada kabar
tiba-tiba tak muncul
tiba-tiba hilang
dan ku harap kau tiba-tiba ditelan harimau

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Yeay TUGU Jogja !!


akhirnya ... hahay bisa mengunjungi nih tugu !! :D
sebenernya nggak ada yang istimewa, mungkin kalian nganggep aku alay. Terserah sih. Nih tugu udah aku idam-idamkan banget dari dulu. ya syukur alhamdulilah aku keterima SNMPTN di UNY, tau kan UNY ? dulu IKIP Yogya gitu.
Yogya udah nggak asing buatku, juga bukan pertama kalinya aku menginjakkan kaki di tanah gudeg itu. Mungkin kesannya malah udah bosen sama Yogya. Tapi tetep aja pengen menuntut ilmu di Yogya. Dan Allah ngabulin keinginanku. Pokoknya I Love Allah Forever dah !!
Tulisan "Dijual tanpa perantara" di foto itu bukan aku lo ya yang dijual -_-

Intinya aku ngepost Blog berembel fotoku yang canteekk (menurutku sendiri) di tugu Yogya, ingin menyampaikan kalo aku SENEEEEENGGG banget pakek beud bisa pose di sana. hahay :D

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Menguras Emosi

Pernahkah kamu merasa dikecewain ? bukan karna asmara, pacar, ataupun keluarga.
Pernahkah kamu merasa ngecewain ? bukan pacar, ortu atau keluarga.
Tapi dikecewain teman dan mengecewakan teman.
Hari ini aku merasakan kedua hal itu. Pikiran nggak tenang, hati rasanya nggak karuan. Merasa sangat bersalah dan menyesal. :'(
Apa yang harus ku lakukan ? itu salah satu pertanyaan yang timbul di benakku.
Kata "MAAF" sudah kulontarkan padanya, teman yang aku kecewakan. Tapi tak ada balasan darinya.
Sikap "MARAH" mungkin sudah kutunjukkan padanya, teman yang membuatku kecewa. Tapi rasanya dia tak merasa bersalah.

Satu hal lagi yang selalu aku rasakan. Lagi, lagi dan selalu lagi.
Apakah kalian merupaka tipe orang yang nggak tegaan ? Nggak tega melihat teman yang sedang kepepet, kesulitan ataupun kesusahan. Walaupun membuat kita repot, kita pasti membantu mereka.
Tapi bagaimana jika kita membutuhkan bantuan teman itu, sedangkan teman itu beralasan tidak bisa bantu, apalagi saat kita benar-benar membutuhkan bantuannya, dia malah sama sekali tak menganggap kita.
SAKIT KAN ? SAKIT SEKALI !!
Rasa menyesal telah menolong dia pasti muncul di benak kita. Kenapa aku dulu mau nolong dia ? Kenapa aku rela nolong dia sedangkan dia enggan nolong aku ? Kenapa aku jadi orang yang nggak tegaan ?
Kenapa ? Kenapa ? :'( :'(
Jadi orang baik emang susah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

WE LOVE BWI




KITA HARUS CINTA BWI

Globalisasi semakin merajalela. Budaya luar semakin marak di lingkungan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Banyuwangi. Aku yakin walaupun kita lahir di Kota Gandrung ini, pasti banyak hal yang kita belum tau tentang tanah kelahiran kita ini. Kalau sejarah Banyuwangi sih aku yakin pasti udah banyak yang tau, yaahh walaupun cuma sekedar tau Banyuwangi itu dari air yang harum.
tentang tempat wisata dan berbagai tempat di Banyuwangi mungkin kita belum tau pasti.
Sebagai lare osing, sudah sepatutnya kita mengerti seluk beluk BWI. Jangan sampek kita malu-maluin. kalu lagi di luar BWI, ditanya sama BWI itu punya apa ? kita harus bisa jawab dong.
Naahhh,,oleh sebab itu, aku poss tuh video promosi BWI, ada pesan dari Bapak Bupati juga tuh.
Bapak Anas sudah melakukan berbagai upaya untuk mengenalkan Banyuwangi di mata nasional bahkan di kancah internasional. kita tidak perlulah ikut-ikutan promosiin Banyuwangi dengan melaksanakan banyak ivent, kita hanya dituntut untuk mengetahui seluk beluk BWI. :-)
kita harus cinta budaya daerah sendiri, jangan budaya NEGARA lain !!!
Mudah-mudahan kita masih punya malu !! AMIN !!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Apakah trojan itu ?

http://www.organisasi.org/1970/01/definisi-pengertian-virus-komputer-worm-trojan-spyware-ciri-dan-teknik-infeksi-penularan.html


TROJAN

Apa yang ada di pikiran kalian ketika mendengar kata “Trojan” ?
Yap ! pasti virus. Virus computer yang amit-amit jabang bayi bersemayam di computer, leptop ataupun seluler kita.
Tapi sebenarnya apakah kalian tau Trojan itu virus yang seperti apa ?
Aku tebak, pasti kalian banyak yang nggak tau deh. Sama kayak aku, awalnya juga nggak tau Trojan itu virus kayak gimana. Yang aku tau Trojan itu virus ganas dah.
Berkat diadakannya ujian praktek TIK yang suruh buat artikel tentang Trojan, akhirnya dengan terseok-seok mencari wi-fi gratis aku dapat menemukan apa itu Trojan. Ini dia hasilnya ….

Trojan adalah sebuah program yang memungkinkan komputer kita dikontrol orang lain melalui jaringan atau internet. Tujuan dari Trojan adalah memperoleh informasi dari target yaitu password, kebiasaan user yang tercatat dalam system log, data, dll, serta mengendalikan target dengan memperoleh hak akses pada target. Jelas bikin was-was kan ?
Trojan bersifat "stealth" (siluman dan tidak terlihat) dalam operasinya dan seringkali berbentuk seolah-olah program tersebut merupakan program baik-baik.
Kebanyakan Trojan saat ini berupa sebuah berkas yang dapat dieksekusi (*.EXE atau *.COM dalam sistem operasi Windows dan DOS atau program dengan nama yang sering dieksekusi dalam sistem operasi UNIX, seperti lscat, dll.) yang dimasukkan ke dalam sistem yang ditembus oleh seorang cracker untuk mencuri data yang penting bagi pengguna (password, data kartu kredit, dll). Trojan juga dapat menginfeksi sistem ketika pengguna mengunduh aplikasi (seringnya berupa game komputer) dari sumber yang tidak dapat dipercayai dalam jaringan Internet. Aplikasi-aplikasi tersebut dapat memiliki kode Trojan yang diintegrasikan di dalam dirinya dan mengizinkan seorang cracker untuk dapat mengacak-acak sistem yang bersangkutan.
Beberapa jenis Trojan yang beredar antara lain adalah:

  •  Pencuri password
 Jenis Trojan ini dapat mencari password yang disimpan di dalam sistem operasi (/etc/passwd atau /etc/shadow dalam keluarga sistem operasi UNIX atau berkas Security Account Manager (SAM) dalam keluarga sistem operasi Windows NT) dan akan mengirimkannya kepada si penyerang yang asli. Selain itu, jenis Trojan ini juga dapat menipu pengguna dengan membuat tampilan seolah-olah dirinya adalah layar login (/sbin/login dalam sistem operasi UNIX atau Winlogon.exe dalam sistem operasi Windows NT) serta menunggu pengguna untuk memasukkan passwordnya dan mengirimkannya kepada penyerang. Contoh dari jenis ini adalah Passfilt Trojan yang bertindak seolah-olah dirinya adalah berkas Passfilt.dll yang aslinya digunakan untuk menambah keamanan password dalam sistem operasi Windows NT, tapi disalahgunakan menjadi sebuah program pencuri password.
  • Pencatat Penekanan Tombol
Jenis Trojan ini akan memantau semua yang diketikkan oleh pengguna dan akan mengirimkannya kepada penyerang. Jenis ini berbeda dengan spyware, meski dua hal tersebut melakukan hal yang serupa (memata-matai pengguna).
  • Tool Administrasi Jarak Jauh
 Jenis Trojan ini mengizinkan para penyerang untuk mengambil alih kontrol secara penuh terhadap sistem dan melakukan apapun yang mereka mau dari jarak jauh, seperti memformat hard disk, mencuri atau menghapus data dan lain-lain. Contoh dari Trojan ini adalah Back OrificeBack Orifice 2000, dan SubSeven.
  • DDoS Trojan atau Zombie Trojan
 Jenis Trojan ini digunakan untuk menjadikan sistem yang terinfeksi agar dapat melakukan serangan penolakan layanan secara terdistribusi terhadap host target.
  • ·         Trojan Virus
Jenis Trojan INI yang mengimbuhkan dirinya sendiri ke sebuah program untuk memodifikasi cara kerja program yang diimbuhinya.

Mendeteksi keberadaan Trojan merupakan sebuah tindakan yang agak sulit dilakukan. Cara termudah adalah dengan melihat port-port mana yang terbuka dan sedang berada dalam keadaan "listening", dengan menggunakan utilitas tertentu semacam Netstat. Hal ini dikarenakan banyak Trojan berjalan sebagai sebuah layanan sistem, dan bekerja di latar belakang (background), sehingga Trojan-Trojan tersebut dapat menerima perintah dari penyerang dari jarak jauh. Ketika sebuah transmisi UDP atau TCP dilakukan, tapi transmisi tersebut dari port (yang berada dalam keadaan "listening") atau alamat yang tidak dikenali, maka hal tersebut bisa dijadikan pedoman bahwa sistem yang bersangkutan telah terinfeksi oleh Trojan Horse.

Nah, itu dia seluk beluk tentang Trojan yang emang bikin was-was …
Kita harus hati-hati dan waspada akan datangnya virus ini melalui jalur apapun. Instal berbagai antivirus untuk melindungi computer kalian, seperti esset smart security, baidu  antivirus, smadav, dll.
Makasih udah mampir di istana blogku, hehe :-D




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Cerpen "Derai Hujan"

Derai Hujan


Musim hujan telah mengusir panas matahari. Air hujan yang tiap hari tiada absen mengguyur kota Yogyakarta. Seakan tak memberi ijin kepada sang surya untuk menampakkan diri. Mendung sebagai pertanda akan turunnya hujan, tak dapat diperkirakan datangnya. Layaknya saat ini. Sekitar pukul 13.00 WIB ketika aku selesai kuliah, hujan datang bukan pada waktu yang tepat. Aku masih berdiri di depan kampus menunggu hujan reda. Terlihat beberapa mahasiswa entah dari fakultas apa tengah berlarian menerjang hujan.
Hujan turun sangat derasnya. Seakan tak memberikan kesempatan untukku pulang. Ku tengok jam tanganku. Jarumnya berada di posisi angka 2. Sudah satu jam aku menunggu. Aku menghela nafas. Sungguh membosankan.
“Udah lama ?”
Aku menoleh ke arah datangnya suara. Seorang cowok yang tak ku kenal duduk di sampingku.
“Ya lumayan. Udah satu jam nunggu.”
Ia manggut-manggut. Kami terdiam. Sibuk dengan lamunan masing-masing. Tiba-tiba ia angkat bicara.
“Anak apa ?”
“Manusia.” Jawabku enteng.
Ia tersenyum. Geli mendengar jawabanku. “Anak jurusan apa ?” tanyanya meralat.
“Sastra Indonesia.”
“Pantes.”
“Apanya ?” aku tak mengerti.
“Pertanyaanku diralat.”
“Ooo .. hehe, pertanyaanmu kan emang kurang tepat.”
“Ya ya ya … “
“Kamu jurusan apa ?”
Ia menoleh ke arahku. Senyumnya mengembang. Lalu kembali menatap hujan. “Akuntansi.” Jawabnya.
Aku manggut-manggut. Keren juga nih akuntansi. Pikirku. Saat SMA aku suka sama akuntansi, tapi tak berminat untuk mengejarnya sampai bangku kuliah. Karena aku lemah dalam hitung-menghitung.
            “Kamu Pia kan ?”
            Aku terkejut. Kok dia bisa tau ? kita kenal aja nggak. “Iya, kok tau ?”
            “Ya tau aja. Asal Banyuwangi kan ?”
            “Iya.” Membuatku semakin heran.
            “Ternyata kamu orangnya nggak merhatiin orang sekitar ya.”
            “Maksudnya ?” aku semakin tak mengerti.
            “Aku juga dari Banyuwangi kali Pi.” Aku terlonjak kaget. Sepertinya dia merasakan keterkejutanku. “Baru tau kan ?” tanyanya.
            “Eemm .. iya. Maaf aku orangnya emang agak cuek gini.” Aku merasa tak enak.
            “Bukan cuek, tapi nggak ngurusin orang.”
            Aku tersenyum kecut. Dan mencoba menetralkan sikapku. “Eemm … ngomong-ngomong Banyuwangi mana ?”
            “Kota. Kamu ?”
            “Desa Cluring. Oo .. Anak kota.”
            “Biasa aja kali. Kan anak BWI juga.”
            “Bener..bener. Namamu siapa ? maaf nggak tau lagi.” Aku tersipu malu.
            Ia tersenyum. “Aku Danny.” Tangannya terulur di depanku. Tanpa pikir panjang aku langsung menyambutnya. “Kalau mau pulkam bareng aku aja Pi. Kamu kan cewek takutnya kenapa-kenapa. Kita kan merantau di sini.”
            “Oke. Makasih tawarannya.” Kami saling melempar senyum.
            Kembali kami terdiam. Menikmati derai hujan. Cacing di perutku sudah berdemo dari tadi. Demo untuk diasupi makanan. Tadi nggak sempat sarapan. Tanganku memegangi perut, agar Danny tak mendengar dentuman perutku. Tapi aku salah. Ia malah menyadarinya.
            “Laper Pi ?”
            Aku tersenyum malu. “Lumayan.”
            Ia tiba-tiba bangkit dan meraih tanganku. “Ke mana ?” tanyaku.
            “Udah ikut aja.”
            Tanpa banyak tanya aku mengikuti langkahnya. Berjalan menyusuri area parkiran motor. Berlari kecil menerjang rintik hujan. Menuju warung bakso di depan kampus.
            “Bakso dua Pak !!” pesannya pada tukang abang bakso. Kami pun duduk di bangku warung berdampingan. “Teh anget dua !!” imbuhnya.
            Aku mengusap lengan dan rambutku yang basah. Beberapa menit kemudian pesanan kami datang.
            “Suwun Pak.” Ucapnya. Tampaknya ia akrab dengan abang bakso itu.
            “Oke mas. Cewek baru mas ?” Tanya si Abang.
            “Ora Pak. Namanya Pia. Teko Banyuwangi pisan.”
            “Wuihh, hai Mbak Pia !! kenalno aku Misno, aku wong Banyuwangi pisan Mbak.”
            Aku menyalami Pak Misno. Seraya tersenyum.
            “Monggo didhahar !”
            “Enggeh Pak.” Jawab kami serempak.
            “Ternyata nggak sendiri aku di sini, haha .. “
            Danny tersenyum manis banget. “Minum tehnya dulu Pi, biar nggak kaget perutmu.”
            Aku merasa sangat diperhatikan. Danny orangnya pengertian. Entah aku merasa sangat nyaman sekarang. Usai meneguk teh anget, kami pun langsung melahap bakso. Walaupun aku sangat lapar, tapi aku harus sedikit jaim di depan Danny. Aku nggak mau ia merasa ilfil denganku. Baru aja kenal.
            Hujan mulai reda. Mangkuk bakso pun sudah licin tanpa sisa. Danny memaksa untuk membayarnya. Sebagai gantinya aku harus menraktirnya makan lain kali. Itu cukup adil. Jadi aku nggak merasa nggak enak padanya.
            “Tunggu sini dulu ya Pi.”
            “Kamu mau ke mana Dan ?”
            “Bentar kok. Tunggu sini aja.” Ia langsung berlari menuju kampus. Entah apa yang dilakukannya. Aku tetap duduk di warung.
            “Akhirnya ketemu juga kalian.” Pak Misno tiba-tiba angkat bicara.
            “Maksud Bapak ?”
            “Iyaa, akhirnya Mas Danny dan Mbak Pia bisa ketemu.”
            Aku terdiam. Mencerna maksud dari kata-kata Pak Misno. Pak Misno menyadari kebingunganku. Lalu ia melanjutkan.
            “Mas Danny sudah tau Mbak Pia dari ospek kemarin Mbak. Tapi dia hanya melihat Mbak Pia dari kejauhan. Nggak berani deketin. Tiap pulang ngampus, mesti mampir di warung menunggu Mbak Pia pulang. Kalau Mbak Pia udah keluar dari kampus, baru dia pulang juga.”
            Aku terpana dengan cerita Pak Misno. Nggak menyangka dari awal masuk kampus ini Danny sudah mengenalku.
            “Sejak kapan Danny tau kalau aku dari BWI Pak ?”
            “Dari awal Mbak. Dari pendaftaran ulang iku. Tapi pas iku Mas Danny belum tau Mbak Pia. Cuma tau nama Mbak Pia.”
            Tiba-tiba terdengar suara klakson. Aku langsung berdiri dan melihat keluar. Terlihat Danny  duduk di atas motornya.
            “Pulang yuk. Udah terang nih.” Ajaknya.
            Aku tetap berdiri mematung. Memikirkan setiap omongan Pak Misno.
            “Tenang aja. Aku anter sampek depan kosmu, atau perlu sampek depan pintu kamarmu.” Senyum manis terukir di bibirnya. Matanya memancarkan kegembiraan.
            “Udah, naik aja Mbak. Jarang-jarang Mas Danny mau nganterin cewek pulang.” Bujuk Pak Misno.
            “Oohh iya Pak. Pulang dulu ya.” Pamitku.
            “Monggo-monggo.” Jawab Pak Misno ramah.
            Aku naik ke boncengan motor. Pak Misno dan Danny saling menunjukkan jempol.
            “Ati-ati Mas ! ojo ngebut-ngebut ! mesakne Mbak Pia mengko !” pesan Pak Misno.
            “Siipp Boss !!” jawab Danny seraya memberikan sebuah helm padaku.
            Setelah berpamitan, Danny mulai menjalankan motornya.
            “Mudah-mudahan kalian berjodoh.” Doa Pak Misno.
            Motor melaju menyusuri jalanan yang basah. Sepanjang perjalanan kami tak banyak bicara. Telingaku tetap terngiang kata-kata Pak Misno. Seorang cowok yang baru kukenal ternyata sudah jauh mengenalku. Seorang cowok dari kampung halaman yang sama sudah memperhatikanku dari dulu. Dan aku, sama sekali tak merasakannya. Tiba-tiba jantungku berdetak tak seperti biasanya. Debar ini sudah lama tak kurasakan.
            Motor berhenti tepat di depan kosku. Danny juga sudah tau tempat kosku. Waow .. apa dia pernah menguntitku sampai ke kosan ? jelas iya. Kalau enggak mana mungkin dia tau aku kos di mana. Aku segera turun dari motor. Dan mengembalikan helmnya.
            “Makasih ya Dan. Nggak mampir dulu ?”
            “Nggak deh Pi, keburu ujan lagi. Pulang dulu ya ?”
            “Iyaa, hati-hati Dan.”
            “Siip !”
            Motornya mulai melaju. Meninggalkanku yang masih berdiri terpaku. Aku terus menatapnya sampai hilang ditelan belokan. Danny merasakan hatinya senang luar biasa. Berbulan-bulan ia hanya bisa melihatku dari kejauhan. Tanpa bisa mendekatinya. Ia tak punya cukup nyali saat itu.
            Entah kebetulan atau apa, saat usai ngampus ia melihatku duduk di depan kampus menunggu hujan reda. Ia telah berada di belakangku selama satu jam. Sejak awal aku duduk di sana menunggu hujan reda. Tapi ia baru punya nyali setelah satu jam menatap punggungku. Ia juga merasakan debaran dalam jantungnya. Debaran yang selalu muncul saat melihatku.
            Senyum terus mengembang di sepanjang jalan menuju rumahnya. Tiba-tiba ia merasakan getaran dalam saku jaketnya. Ponselnya bergetar. Ia menepikan motornya. Ternyata ada sms masuk. Tertera sebuah nama di layar ponselnya. Nama yang tak asing.
            “Pia ??” gumamnya agak terkejut. Ia langsung membuka pesanku.

Terima kasih tumpangannya Dan, terima kasih baksonya, terima kasih
teh angetnya, terima kasih buat hari ini. Dan terima kasih sudah
memperhatikanku selama ini. J

“Pak Misno.” Gumamnya.
            Danny telah mengetahui nomer ponselku dari dulu. Tapi ia tak punya keberanian untuk menghubungiku. Entah darimana ia mendapatkannya. Aku tau nomer ponselnya dari Pak Misno saat di warung tadi. Tanpa aku meminta, Pak Misno memberikanku secarik kertas bertuliskan sejumlah nomor.
Derai hujan ini mempertemukanku dengannya. Derai hujan yang selalu membuatku menunggu. Membuatku jengkel. Kini derai hujan itu memberikan warna. Warna yang hanya kumiliki. Mungkin juga milik Danny.



Oleh : Ovi Ayuning Tyas
Sekolah : SMAN I GENTENG
Alamat : Dsn. Karangrejo Rt 01/Rw 01,
Cluring, Banyuwangi, Jatim


               



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Cerpen "Bungaku Mekar Kembali"


Bungaku Mekar Kembali

            Sinar matahari menerobos celah-celah kamarku. Matahari perlahan-lahan mengibarkan cahayanya. Udara pagi yang sejuk menemani langkahku. Sengaja aku berangkat kerja hari ini pagi-pagi. Ku ingin menikmati nasi pecel. Menu andalan sarapan saat masih duduk di bangku SMA. Warung nasi pecel terletak di pertigaan dekat kantorku.
            Warung nasi pecel itu sudah banyak pembeli ketika aku sampai. Banyak sopir angkot, pegawai maupun anak SMA tengah mengantri. Aku tersenyum melihat segerombolan anak SMA itu. Berada di sini membuatku benar-benar bernostalgia ke masa SMA. Rasa rinduku akan masa itu kembali membayangiku.
            “Eee Mbak Vilanda, monggo mbak duduk dulu.” Sapa Bu Mar, pemilik warung membuyarkan lamunanku. Aku terperangah.
            “O iya Bu.” Jawabku seraya tersenyum. Ku pilih meja kosong di sudut warung. Sebuah suara milik seorang pria melontarkan namaku.
            “Vilanda ??” panggilnya.
            Aku menoleh. Ada nada keraguan dalam suaranya. Mungkin ia kurang yakin aku benar yang ia kenal atau bukan. “Iya..??” jawabku penuh tanda Tanya. Aku tak merasa mengenalnya.
            “Wooii.. lupa sama aku ?” ia langsung duduk di depanku. Senyum menghiasi wajahnya. Keningku berkerut, mencoba mengingat.
            “Ya Allah, Ryan…??!!”
            “Iyalah siapa lagi.. hahaha...!!!” Kami pun tertawa lebar.
            Ingatanku kembali bernostalgia ke masa SMA. Kami dulu satu SMP dan SMA. Kami mulai akrab saat kelas 3 SMP. Sejak kelas 2 SMA kami tak seakrab dulu karena beda jurusan. Ia ambil IPA sedangkan aku memilih IPS. Ia cukup populer di sekolah. Semua warga sekolah pasti mengenalnya. Ia salah satu siswa 10 besar terbaik di sekolah. Ia cukup bandel. Namun, aku tak mengerti kenapa dia yang menanam bunga di hati ini. Bunga yang saat itu pertama kali tumbuh. Bunga ini hanya indah di hatiku, tidak pula di hatinya. Ia jelas tak tau adanya bunga ini. Sekian tahun tak bertemu, kini bungaku mekar kembali.
            “Ngapain di sini Vi ? Kangen sama pecel ?” tanyanya.
            “Iya Ri.”
            Ia kembali tertawa. Hatiku mengatakan terpancar kebahagiaan di wajahnya. Layaknya diriku.
            “Ketawa mulu kamu Ri. Kamu sendiri kangen juga sama pecel ?”
            “Iya nih, langsung inget saat SMA ngliat anak-anak itu.” Pandangannya tertuju pada segerombolan anak SMA yang ku perhatikan tadi.
            “Hahaha..iya Ri. Tadi aku juga langsung inget saat SMA. Yaa itung-itung bernostalgialah.”
            “Bener..bener.. Emang udah lama kita lulus SMA. Eem.. kerja di mana sekarang Vi ?”
            “Di Perusahaan Surya. Kamu ?”
            “Kalau aku yaa…kerja di perusahaan bokap.”
            “Enak dong…”
            “Enak apanya Vi ? Nggak bebas. Semua yang ku lakuin harus bisa jaga nama baik keluarga. Aku pengen jadi diriku sendiri tanpa embel-embel nama keluarga.”
            Bu Mar datang membawa pesanan kami. Sambil menikmati nasi pecel kami mengobrol. Sesekali menyinggung teman-teman SMA. Tak kusangka dapat bertemu Ryan. Putra dari pengusaha kaya, Aswin Handoko. Sedangkan aku lahir dari keluarga sederhana. Tapi aku salut padanya, ia tak pernah pandang bulu berteman. Malah aku yang kadang merasa minder.
            “Keliatannya ada yang berubah deh.” Katanya.
            “Apanya ?”
            “Kamunya.”
            Aku langsung menatapnya. “Kenapa aku ?”
            “Makin cantik.”
            Deg. Aku tercekat. Jantungku berdetak cepat. Ia bilang aku cantik ? Nggak salah denger ?! “Berarti dulu jelek dong ?” Aku mencoba berkelakar. Mencoba bersikap biasa.
            “Ya nggak gitu Vi. Kan aku bilangnya makin cantik. Dulu waktu SMA kan kamu gendut. Rambur selalu dikuncir. Sekarang…” Matanya tajam menatap diriku.
            Aku rishi dilihat begitu. “Eh matanya Ri ! Nggak usah kumat gitu deh.”
            Ia malah tertawa lebar. “Masih inget aja kamu Vi. Penyakit lamaku.”
            “Sampai sekarang masih tuh Ri ? Jorok tau !”
            “Eits jangan salah Vi ! ya jelas udah ilang lah. Kalau nggak ilang, mana mau kamu sama aku.” Aku terkejut mendengar ucapannya. Ku tatap matanya. Ryan malah ganti menatapku sambil tersenyum.
            Waktu terasa cepat berputar. Hingga tak ku sadari jam telah menunjukkan pukul 08.00 WIB.
            “Ya Allah, Ri ! Udah jam 08.00.” Aku segera bangkit dari dudukku.
            “Ya terus kenapa ?”
            “Ya aku harus berangkat ngantor Ryan.”
            “Di sini ajalah Vi. Kan belum kelar ngobrolnya.” Tangannya menggapai lenganku.
            “Kamu kira aku kerja di perusahaan nenek moyangmu apa ! Ya nggak bisa dong Ri. Aku pergi dulu ya..”
            “Aku anter ke kantormu ya..?”
            “Nggak usah deh. Deket kok dari sini.”
            “Udah deh, nurut aja.” Ia langsung menggenggam tanganku menuju mobilnya.
Aku berjalan mengikutinya. Hati ini semakin tak karuan. Detaknya pun semakin nyaring kurasakan. Pipiku memanas. Pasti merah, pikirku. Semoga saja dia tak menyadari perubahan di wajahku. Tapi kuharap dia menyadari mekarnya lagi bunga di hatiku. Bunga yang kujaga selama ini. Bunga cinta untuknya.






Oleh : Ovi Ayuning Tyas
Sekolah : SMAN I GENTENG
Alamat : Dsn. Karangrejo Rt 01/Rw 01,
Cluring, Banyuwangi, Jatim

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS