RSS

sinopsis "Dian yang Tak Kunjung Padam"

Judul                  : Dian yang Tak Kunjung Padam
Pengarang          : Sutan Takdir Alisjahbana
Penerbit              : Dian Rakyat
Kota Terbit         : Jakarta
Tahun Terbit       : 1993 (cetakan ke-13)
                           Cetakan pertama 1928
Halaman             : 155

            Yassin dilahirkan dari keluarga yang biasa saja, hidup berdua dengan ibunya. Sehari-hari mereka mengurus kebun dan menjual hasilnya dengan perahu kepunyaan mereka. Saat Yasin hendak menjual hasil kebunnya, matanya terpana oleh perawan anak dari Raden Mahmud. Perawan itu bernama Molek, anak bungsu Raden Mahmud, bangsawan kota Palembang.  Molek pun merasakan jatuh hati pada pandangan Yassin.
            Diam-diam Yassin menuliskan surat kepada Molek. Surat itu diletakkannya di celah dinding tampat mandi. Was-was pula hatinya bila bukan Molek yang menemukan surat itu. Esok pagi bangun tidur Molek bergegas untuk mandi.  Tiba-tiba dilihatnya secarik kertas di celah dinding kamar mandi. Diraihnya surat itu, ternyata dari Yassin, pemuda yang membuatnya jatuh hati. Berawal dari surat itu mereka dapat mengetahui perasaan masing-masing. Bukan main girangnya hati Yassin, cintanya dapat dibalas oleh perawan anak bangsawan itu.
            Molek meminta Yassin untuk segera meminangnya mengingat umur mereka sudah tak lagi muda. Sudah cukup umur untuk menikah. Yassin menyampaikan niat itu kepada ibu dan sanak keluarganya. Hal itu membuat keluarga Yassin terkejut dan merasa ragu. Dari sekian banyak perawan di negeri ini kenapa anak bangsawan yang congak itu yang dipilih Yassin. Akhirnya melalui perundingan, datanglah keluarga Yassin ke rumah Raden Mahmud untuk meminang Molek. Raden Mahmud dan istri secara mentah-mentah menolak pinangan itu. Mereka tidak sudi mempunyai menantu orang uluan.
            Molek sangat sedih mendengar penolakan dari ayah dan ibunya. Mengetahui bahwa putrinya menyukai orang uluan itu membuat Raden Mahmud dan istri marah. Hal itu sangat menyayat hati Molek. Ia tak terima pemuda yang sangat dicintainya disebut orang uluan. Raden Mahmud memutuskan untuk menikahkan Molek dengan bangsawan keturunan Arab. Molek bersikeras menolak pernikahan itu, tapi apa daya ia tak dapat berbuat apapun. Ia menuliskan surat untuk Yassin agar dapat membawanya pergi. Ia tak mau menikah dengan orang yang tak dicintainya.
            Malam hari pukul sepuluh malam sesuai rencana, Yassin menunggu Molek di atas perahu di dekat rumah Molek. Molek akan lari dengan Yassin agar tidak jadi menikah pada esok hari. Dengan keadaan yang gelap gulita, Molek muncul dari belakang rumahnya. Ia segera menuju bayangan hitam di atas perahu yang tiada bukan adalah Yassin. Saat mereka semakin dekat, rasa canggung dan gugup menjalari hati. Maklum karena mereka jarang bertemu dan berkomunikasi lewat sepucuk surat yang mereka tulis diam-diam. Rasa gugup itu semakin membuncah saat orang-orang rumah menyadari kepergian Molek. Molek sangat gugup dan ketakutan, maka disuruhnya Yassin lekas menjauh. Orang-orang rumah segera keluar menuju belakang rumah dan menjumpai Molek yang jatuh pinsan di tepi sungai.
            Esok harinya menikahlah Molek dengan bangsawan Arab itu. Setelah menikah keadaan Molek semakin buruk. Badannya kurus, pipinya tirus dan matanya tak lagi bercahaya. Yassin hampir tak mengenalnya saat ia berkesempatan menginjakkan kaki di rumah Molek. Molek merasa berdosa kepada Yassin karena ia telah melanggar janjinya dengan menikahi bangsawan Arab yang ternyata hanya mengincar harta keluarganya itu. Di pangkuan Yassin ia menangis tersedu. Dengan penuh kasih sayang, Yassin meredakan tangis Molek. Tapi Molek tetap beranggapan bahwa dirinya tak lagi suci, tak pantas berada di dekat Yassin.
            Melalui surat terakhirnya, ia mengatakan akan pergi jauh. Yassin takut Molek melakukan hal yang bukan-bukan, maka ia segera menuju rumah Molek. Sesampainya di rumah Molek, telah banyak orang berkumpul dengan tersirat kesedihan di wajah mereka. Molek telah pergi. Pergi menantikannya di dunia yang berbeda. Yassin sangat menyesali perbuatannya ta dapt mencegah tindakan Molek.

            Beberapa tahun lamanya Yassin tingga dengan ibunya di kebun tepi sungai Lematang. Tiba-tiba ibunya sakit keras dan menghembuskan nafas terakhir. Beberapa hari setelah itu, Yassin pergi tanpa jejak. Bertahun-tahun ia mencoba menghapus perih hatinya, namun tak bisa. Ia tetap teringat Molek, jantung hatinya.

@ovityas

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

coretan kalian yang dapat membangun sangat ku harapkan ^_^